Alasan Untuk Olahraga - Lilih Pedia

Bajuku dulu tak begini, tapi kini tak cukup lagi. Masih ingat kata-kata tersebut? Iklan. Ada waktu aku kecil. Sekarang kayaknya masih lama. Cuma persisnya iklan apa aku lupa. Ah, tampar aku! Soalnya aku nggak ngomongin soal iklan itu. Aku sedang membicarakan diriku.

penampakan ane dulu

Kini, aku gemuknya bukan main. 82 kg. Terakhir nimbang tanggal 24 Desember 2011. Kabar gembirakah? Jelas. Dulu, dari sekolah sampai kuliah, aku keterlaluan kurusnya. 57 kg. Naik 25 kg dalam tempo 4 tahun. Aku lulus tahun 2007.

Bahagiakah aku? Bisa dibilang iya. Cuma, yang jadi pertanyaanku. Gemukku tidak merata. Pipi mengembang. Lengan berisi. Kaki besar. Perut? Aduh duh... jangan tanya. Terlalu cembung. Nah, ini masalahku. Bukannya aku nggak mensyukuri menjadi gemuk. Karena gemuk lambang kemakmuran bukan? Kalau dari sisi itu aku emang suka. Masalahnya, gemuk ini, dengan kecenderungan di bagian perut membuatku sulit jongkok.

penampakan ane sekarang

Apa artinya jongkok buat aku? Banyak. Aku suka banget mengkhayal di kamar mandi dan melakukan "ritual" pagi tiap hari. Menemukan ini ke itu, sini ke sana, kiri ke kanan. Dengan kondisi yang sulit jongkok ini akhirnya aku jadi nggak betah jongkok berlama-lama. Akhirnya, "ritual" pagi pun cepat dan tempat mengkhayal harus berganti tempat. Di mana aku belum menemukannya satu pun.

Gemuk, dengen kecenderungan di bagian perut, juga membuat aku semakin sedikit bergerak. Bayangin, tadi pagi aku naik tangga sampai di atas aku harus mengatur napas supaya hilang ngos-ngosanku. Padahal dulu nggak. Aduh duh... bagaimana ini cara menghilangkannya?

Mungkinkah ini alasan untukku agar melakukan sesuatu yang paling tidak kusukai? Olahraga. Yuph, aku paling nggak suka aktivitas satu itu. Membuang tenaga, membuat capek dan berkeringat. Ah, tampar aku! Temen-temen sudah banyak yang mendorong juga. Tapi, sampai sekarang aku masih bingung olahraga apa yang cocok buat aku ini? Si perut bundar... hahaha :D

Temen-temen ada ide untukku?[]