Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Posting Komentar

Semenjak usia 9 bulan, Zainuddin sudah ditinggal meninggal oleh ibunya Daeng Habibah. Disusul ayahnya Pendekar Sutan tidak lama kemudian. Mak Base-lah yang merawat dan membesarkan Zainuddin.

Zainuddin lantas pergi ke Padang untuk mencari keluarga ayahnya di Desa Batipuh, Padang. Di kota ini, Zainudding tinggal di rumah Made Jamilah, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ayahnya. Sebagai pendatang dari Makassar, Zainuddin merasa asing di Padang.

Suatu hari, Zainuddin bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mencuri hatinya. Dia adalah Hajati. Zainuddin jatuh hati pada Hajati pada pandangan pertama, ketika dirinya meminjamkan payung pada gadis tersebut. Setelah itu hubungan mereka makin lama makin akrab. Tak pelak hal ini menuai gunjingan dari orang-orang Batipuh.

Demi menjaga nama baik semuanya, ibunda Hajati meminta Zainuddin untuk meninggalkan Batipuh. Dengan terpaksa, Zainuddin pergi ke Padang Panjang. Sebelum Zainuddin pergi, Hajati sempat menyatakan bila hatinya hanya untuk Zainuddin. Hal inilah yang kelak membuat Zainuddin kembali pada Hajati.

Setelah beberapa waktu di Padang Panjang, Hajati bertandang ke Padang Panjang atas undangan Chadidjah. Mereka mau menonton pacuan kuda.

Di sinilah, Zainuddin hendak menemui Hajati. Sayang, beberapa hal membuat keduanya tidak bertemu. Kecuali, saling pandang selama beberapa waktu. Chadidjah mengejek cara Zainuddin dan Hajati bertemu. Chadidjah sebenarnya punya niat untuk menjodohkan kakak perempuannya dengan Zainuddin.

Selang beberapa waktu Mak Base di Padang meninggal. Zainuddin pun menerima warisan yang cukup berlimpah. Karena, ucapan Hajati dulu, Zainuddin pun mengirimkan sepucuk surat yang intinya berisi bahwa dirinya melamar Hajati. Di saat bersamaan, Hajati juga sedang menghadapi pinangan seorang pria bernama Aziz. Pada akhirnya, Hajati harus menolak lamaran Zainuddin dan lebih memilih Aziz sebagai pendamping hidup. Penolakan tersebut membuat kecewa Zainuddin. Sampai-sampai dia jatuh sakit.

Berkat motivasi yang diberikan oleh Muluk, anak dari ibu kosnya, Zainuddin berhasil move on. Bersama Muluk, Zainuddin merantau ke Jakarta untuk mengadu peruntungan. Di Jakarta, tak dinyana, Zainuddin sukses menjadi penulis terkenal dengan nama pena “Z”. Di sana juga, Zainuddin mendirikan grup tonil (musik) bernama Andalas. Kehidupan Zainuddin secara ekonomi pun membaik. Setelah ke Jakarta, Zainuddin hijrah kembali. Kota yang ditujunya kali ini adalah Surabaya. Di kota ini, Zainuddin memutuskan untuk membuka penerbitan.

Ketika Zainuddin sukses di Surabaya, Hajati juga sedang berada di Surabaya mengikuti Aziz. Tuntutan pekerjaan mengharuskan Aziz berada di Surabaya. Aziz dan Hajati kemudian diundang ke pertunjukan tonil yang dihelat oleh Zainuddin. Saat itu, Zainuddin lebih dikenal dengan nama Tuan Shabir.

Hubungan ketiganya baik-baik saja. Pada perkembangan selanjutnya, Aziz harus menghadapi pemecatan. Demi mencukupi kebutuhan ekonomi keduanya mesti banting tulang sana-sini. Bahkan, mereka harus keluar-masuk dari rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya. Sementara, barang-barang mereka habis untuk melunasi utang-utang yang menumpuk.

Selama di Surabaya, setelah dipecat, Aziz mulai menunjukkan tanda-tanda kurang baik. Dia mulai suka main perempuan, berjudi, dan mabuk-mabukan. Bahkan secara terang-terangan, Aziz menyatakan sudah tidak lagi mencintai Hajati. Zainuddin kemudian menawarkan keduanya untuk menumpang tinggal di rumahnya.

Sebulan tinggal di rumah Zainuddin, Aziz pergi begitu saja ke Banyuwangi dan meninggalkan Hajati sendirian. Sebagai bujangan, Zainuddin lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Karena itu, dia jarang bisa bertemu Hajati.

Suatu hari, Muluk memberitahu Hajati bahwa sebenarnya Zainuddin masih mencintai Hajati. Bahkan di kamar kerja Zainuddin masih terpampang foto Hajati.

Beberapa waktu berselang, sebuah berita mengejutkan datang kepada Hajati. Berita itu mengabarkan bahwa secara sepihak Aziz sudah menceraikan Hajati. Dia juga meminta Hajati untuk tinggal bersama Zainuddin (maksudnya menikah). Di Koran nasional, kemudian diwartakan jika Aziz sudah mati bunuh diri dengan cara meminum pil tidur banyak-banyak. Jasad Aziz ditemukan di sebuah hotel di Banyuwangi.

Sebenarnya, Hajati juga masih menyimpan perasaan terhadap Zainuddin. Dan setelah Aziz menceraikannya dan meninggal pula, Hajati meminta Zainuddin untuk mengganggapnya apapun asal bisa tinggal satu atap dengannya. Permintaan itu justru membuat Zainuddin berang. Dia bahkan mengungkit-ungkit soal betapa kecewanya dia waktu lamarannya ditolak Hajati dulu.

Hajati pun hendak pergi ke Jakarta naik kapal Van Der Wijck. Seperginya Hajati, Zainuddin sadar jika dirinya sebenarnya tidak bisa hidup tanpa Hajati. Karena itu, dia menyusulnya naik kereta api saat itu juga. Zainuddin berharap bisa bertemu Hajati untuk mengungkapkan perasaannya.

Sayang, harapan Zainuddin tinggallah harapan saja. Sebab, kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hajati karam di dekat Tuban. Hajati sendiri ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Surabaya.

Setelah Hajati meninggal, kondisi kesehatan Zainuddin memburuk. Hingga, akhirnya dia meninggal dunia. Jenazah Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hajati.[ap]

Related Posts

Posting Komentar