Pada
chapter II sebelumnya, Uguy menerima mandat terakhir dari Rahmawati untuk mencari seorang istri dalam waktu tiga hari. Waktu sebanyak itu dilakukan agar Rahmawati tidak terlalu lama menunggu. Sehingga dirinya bisa pergi lebih cepat. Penyakit yang menggerogoti dirinya semakin parah. Dan ia yakin benar hidupnya sudah tidak lama lagi.
Uguy menyanggupi hal itu. Semua ia lakukan demi Ibunya. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
(Chapter III - Sarah Olivia)
Uguy tampak kaku berada di rumah orang asing. Dia melihat Bibi May yang juga seperti dirinya. “Apa ini akan berhasil Bi?” bisiknya.
“Lebih baik kita mencoba terus gagal daripada hanya menerka-nerka.”
Beberapa saat kemudian, seorang pria berkulit gelap muncul dari ruang belakang. Langkah pria itu diikuti seorang wanita muda, namanya Sarah Olivia.
Pria tersebut duduk di sofa. Persis di hadapan Uguy dan Bibi May. Dia memicingkan mata, mencoba mengenali mereka berdua. Tapi sejauh ingatannya ia merasa belum pernah bertemu dengan dua makhluk yang ada di hadapannya itu.
“Maaf, sepertinya kita tidak pernah bertemu sebelumnya?”
Bibi May membenarkan. “Ya, Pak...”
“Anwar,” sahut pria itu cepat.
“Ya, Pak Anwar, kita memang belum pernah saling bertemu sebelumnya,” terang Bibi May, “Jadi,tujuan kami ke rumah bapak adalah, sebelumnya kami mohon maaf bila lancang, kami menerima informasi dari teman, Apuy namanya, yang memberitahu jika putri bapak masih berstatus single...”
“Ya, putri saya memang single. Belum menikah sama sekali. Bukan begitu, Via?” tanya Anwar pada putrinya sendiri. Wanita bernama Sarah Olivia mengangguk. Membenarkan perkataan bapaknya.
“Baiklah,” Bibi May tersenyum, “Jika memang demikian, maka kami bermaksud menjadikan putri bapak sebagai calon istri dari keponakan kami yang bernama...”
“Stop!” kata Anwar, “Jadi anda bermaksud menjadikan pria ini sebagai calon suami dari anak saya?” Bibi May mengangguk.
Anwar bersungut. Dia menatap Uguy dari ujung kepala sampai ujung kaki. Membuat Uguy kikuk. Sejurus kemudian, dia menatap bibi May, dan berkata, “Saya memang wali dari Olivia, tapi orang yang akan menjalani kehidupannya itu adalah Olivia sendiri. Jadi saya menyerahkan jawaban sepenuhnya pada orang yang bersangkutan.”
Olivia masih terdiam. Menatap Uguy dan Bibi May, berganti-gantian. Ia mengatur emosinya dan napasnya agar jiwanya lebih stabil.
“Bu,” akhirnya Olivia berkata sambil menatap Bibi May.
“Mas,” Olivia ganti menatap Uguy.
“Saya sangat menghargai ada seorang pria yang mau datang melamar. Saya bahagia. Walaupun saya sendiri baru pertama kali melihat pria tersebut. Tapi, maaf, untuk saat ini, saya...” Olivia terdiam.
Ia melihat ke arah bapaknya, “Saya belum bisa menerima lamaran ini. Saya baru saja putus dari pacar. Baru seminggu. Perasaan saya masih kacau. Saya butuh waktu menata hati. Entah kapan hati saya bisa terbuka lagi untuk menjalin hubungan.”
Bibi May mengangguk. Memahami apa yang dialami Olivia. Ia menatap Uguy. Uguy balas menatapnya.
“Nggak ada hal yang bisa kita lakukan Guy!”
Mereka mengangguk, menandakan bahwa kunjungan mereka harus diakhiri sekarang. Sebab mereka hendak menemui wanita kedua.
Posting Komentar
Posting Komentar