Pasar, Idealisme, dan Konsep

27 komentar
Setelah melalui berbagai macam perdebatan dan diskursus yang sulit *halah, akhirnya aku akan memulai menulis lagi. Yeah, setelah sekian lama terkungkung dalam pusaran arus dalam lingkungan penerbitan.


Sekian lama vakum, terasa juga dilema seperti saat-saat aku mau menulis dulu.

1. Dilema Soal Pasar

Oh, penerbit sekarang memang benar-benar berorientasi pada pasar. Bahkan, sejak dari dulu. Cuma dulu buku-buku yang laku adalah buku tinggi, yang sampai sekarang bikin bingung aku. Kini, para penerbit berlomba-lomba untuk memunculkan tren dari manapun itu. Nah, ini yang bikin aku dilema. Bukan sok-sok-an mau buat buku yang njilimet. Tapi, kemampuanku menganalisis pasar perlu direfresh lagi. Hah, semenjak aku keluar memang benar-benar buta pasar. Nggak benar-benar buta. Tapi, agak sulit mengikuti.

2. Idealisme

Tiap penulis tentu punya idealisme sendiri-sendiri kan? So, aku juga. Kadang nggak match antara nulis untuk kebutuhan pasar, yang berarti untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dengan nulis yang aku inginkan. Apa itu? Aku sedang mempersiapkannya. Mudah-mudahan bisa jadi, layak diterbitkan, dan bisa disambut khalayak pembaca Indonesia dengan khidmat dan riang :D

3. Konsep

Nah, ini yang bener-bener mumet. Ternyata menjadi penulis nggak seperti dalam bayanganku selama ini. Penulis dituntut untuk memiliki konsep. Oiya, ada istilah di penerbitan bahwa seorang penulis hanya menyelesaikan setengah naskahnya. Sisanya, diselesaikan oleh penerbit (redaksi). Karena aku pernah jadi bagian dari redaksi. Paling nggak aku tahu (belum paham) bagaimana konsep buku itu dicetuskan. Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menggodok konsep. Karena buku nggak hanya soal isi. Tapi, juga setting isi, cover, siapa pembacanya, typo, dan yang paling utama JUDUL. Mungkin isi yang buruk akan sangat tertolong dengan judul yang baik. Mungkin. Untuk sebaliknya, sangat jarang. Tapi, konsep ini harus dilakukan secepat-cepatnya. Jika ingin menjadi penulis reguler.

Tiga hal yang aku bilang di atas adalah penulis dari sudut pandang penerbit. Aku masih sulit untuk membuat konsep. Dan belum memiliki bayangan sama sekali. Mungkin ada yang ingin menambahkan atau punya solusi untuk masalahku?

Related Posts

27 komentar

  1. solusi saya untuk menulis adalah
    mulai menulis saat ini juga.

    nanti akan ketemu sendiri
    apa yang sebenarnya ingin ditulis.

    misalnya mau tulis tentang bisnis
    iya udah mulai aja
    misalknya "tidak ngerti tentang bisnis, tetapi bisnis itu bla bla bla. lalu mulai menjurus ke arah yang lebih profesional".

    kalau sudah selesai
    baru deh direvisi
    pilih yang oke atau harus dihapus.

    mungkin kamu lebih tahu
    cz saya bukan penulis
    cuma blogger
    heheh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, tanpa konsep, hasilnya bakal ngasal mas. malah kehilangan waktu, nggak dapet apa2. :D

      Hapus
  2. wah mau nulis buku ya? seru...
    semoga sukses yah. seneng deh sekarang makin banyak penulis di Indonesia, bbrp tahun lalu sepi, ga semarak kyk sekarang...hehee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks mbak. iya, sekarang marak banget penulis di Indonesia... hohoho...

      Hapus
  3. Hay hay. Kunjungan pertama, q suka dgn org yg suka nulis. .ijin follow ya

    BalasHapus
  4. wah... kalo soal yang satu ini, aku gak ngerti mas, maklum bukan penulis. namun biasanya ketika aku ingin menulis sesuatu di blog, kebiasaan aku tulis terlebih dahulu kisi2 setiap paragraf yang mau di ceritakan. baru dah, setelah kisi2 jadi, tinggal cuap-cuap aja dech panjang lebar sesuai kisi2 yang tadi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kisi, ya betul. hehehe... sudah berguru saya nih sama someone. namun, jangan salah kisi-kisih pun butuh keterampilan dalam memainkannya. jika tidak, takkan berhasil. coba saja. :)

      Hapus
  5. wew, ane jg termasuk yg gak ngerti soal tulis menulis penerbitan, ane baru sampai titik ngeblog, tp semoga aja ya, bisa bikin tulisan terus di terbitin, thanks sob infonya ^^

    BalasHapus
  6. Hmm... ternyata untuk menulis itu gak semudah yang dibayangkan yach. Ada aturan alur konsep dan berbagai macem pertimbangan lain. Gak asal nulis gitu aja, tanpa memperhatikan pertimbangan tersebut, malah jadinya gak karuan2 deh!!
    Hwehehee... Yang penting SEMANGAAT aja deh Sob!!

    BalasHapus
  7. Semoga idealisme dalam menulis selalu bisa diperjuangkan ya :-)

    Salam kenal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. idealisme seperti apa nih yang dimaksud?

      Hapus
  8. wah,,izin baca-baca disini mas :)

    BalasHapus
  9. seya sih pinginya menulis mengikuti tren yang terjadi sekarang, namun sebisa mungkin dengan gaya penulisan sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. gaya sendiri? yang gimana tuh? hehehe :)

      saya pikir gaya tetep ada influence, dan mau tidak mau terpengaruh gaya satu penerbitan. kapan2 saya ulas.

      Hapus
  10. Tetap menulis ajalah, apapun itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi menulis yang seperti gimana? nah yang jadi pertanyaan itu...

      Hapus
  11. Dalam setiap hal, kita butuh menemukan konsep. Tanpa konsep kita akan kehilangan arah. Salam kenal.

    BalasHapus

Posting Komentar