Akhirnya, aku jadi hijrah to Linux (Ubuntu). Sekarang saatnya, aku ucapkan goodbye buat Windows!
Sebenarnya, aku sudah lama ingin menggunakan Linux. Hanya saja, aku ini tipikal orang pandai membuat alasan. Tentunya alasanku merupakan usaha menunda-nunda melakukannya. Itulah, sampai tahun 2019-an aku masih terus menggunakan OS jendela ber-crack.
Entah kenapa, tahun 2020 ini, pemikiran menggunakan Linux di laptop menguat. Dan seingatku, aku langsung search di Google tentang OS Linux paling ringan di komputer kentang. Maklum, spesifikasi komputerku hanya Intel Celeron dengan VGA on-board dan RAM 2GB. Jadi, tidak bisa diinstal OS Linux yang berat-berat.
Aku sempat menggunakan empat distro: Ubuntu, Lubuntu, Linux Mint, dan Puppy. Diantara keempat distro tersebut, aku paling suka menggunakan Ubuntu 14.04, karena ini versi terakhir Ubuntu mendukung komputer 32 bit (sekadar info, Ubuntu versi terbaru hanya mendukung komputer 64 bit). Yah, walaupun distro ini dianggap paling berat dibandingkan tiga distro lainnya. Penyebabnya, mungkin, lantaran aku punya pengalaman dengan distro ini sebelumnya.
Selain Ubuntu, aku juga senang Puppy sebab distro ini paling ringan. Bisa diinstal secara full di flashdisk. Maksudnya, jadi Puppy live persistence. Tidak seperti Puppy live biasa, pengguna yang memasang Puppy live persistence di flashdisknya bisa menyimpan data kerja saat selesai menggunakannya. Praktis! Bisa dibawa kemana-mana juga.
Kekurangan menggunakan Linux
Apakah ada kekurangan yang kurasakan saat menggunakan Linux (Ubuntu, atau distro lainnya)? Ada-lah pastinya. Apalagi waktu awal-awal. Aku gagap teknologi. Bak orang baru kenal komputer. Jadi, aku sering-sering googling buat cari informasi ini-itu.
Hingga saat ini (tulisan diposting setelah aku memakai Ubuntu sekitar 6 bulanan) aku masih belajar menggunakan Ubuntu. Namanya juga pemula. Cuma untuk penggunaan standar (menulis, berselancar internet, nonton video, dengar lagu, instal aplikasi, dll.) sudah cukup lancar. Kebutuhanku juga cuma itu. Belum ada kebutuhan lainnya.
Untuk membuat / mengedit gambar pakai Inkscape atau Gimp. Meskipun, aku sudah sering menggunakan Corel Draw atau Photoshop ber-krek (lagi) di Jendela, tapi aku masih bingung menggunakan Inkscape atau Gimp. Soalnya, istilah-istilah yang dipakai berbeda. Dan cara menggunakannya juga berbeda. Intinya sih masih learn by doing. Kalau pakai Corel / Photoshop, aku bisa lebih cepat menyelesaikan gambar buat tulisan blog.
Cara menginstal aplikasi juga perlu dipahami. Lebih-lebih kalau distro yang dipakai kurang populer, seperti Puppy misalnya. Biasanya sih distro-distro seperti itu kurang lengkap aplikasinya. Dukungan dari developer lainnya sedikit.
Keuntungan memakai Linux
Apa keuntungan memakai Linux? Apa ya? *mikir keras* Aku agak bingung menjelaskannya. Ini berkaitan sama hatiku saja untuk tidak menggunakan hal-hal ilegal lagi. Pakai Jendela ber-crack kan ilegal, meskipun konon pakai Jendela non-crack sah.
Aku belum bisa menghilangkan semuanya sih (tidak menggunakan hal-hal ilegal). Toh, aku masih nonton Naruto Shippuuden secara ilegal. Dan masih banyak lagi lainnya, baik yang disadari maupun tidak disadari. Cuma aku mau menguranginya, satu per satu. Aku tahu proses kreatif pembuatannya sangat sulit.
Disamping itu, banyak hal-hal berbau gratis di Linux. Misal, Libre Office tidak perlu lisensi lagi untuk dipakai secara full, kalau mau buat gambar atau mengeditnya bisa pakai Inkscape/Gimp/Canva (online via browser), dan lain sebagainya. Memang tidak semua hal di Linux itu gratis. Ada yang bayar juga. Tapi, buatku yang daily pakai komputer buat kebutuhan standar, Linux cukup dioperasikan secara gratis, hahaha.
Posting Komentar
Posting Komentar